Tags

Kesempatan

 

Beberapa hari ini saya lagi sok-sokan merenung tentang hal berharga bagi anak. Dengan melihat bagaimana anak saya berproses, menjalani harinya dan juga apa yang tidak saya dapatkan semasa kecil saya. Setelah saya berpikir lamaaaaaa banget, saya menyimpulkan bahwa hal berharga bagi anak selain waktu bersama dan kasih sayang adalah kesempatan. Anak-anak memang suka diberi mainan atau barang-barang lainnya. Tapi ada kesempatan emas yang paling penting bagi anak. Apakah itu?


Jika melihat karakteristik anak-anak, mereka punya rasa ingin tau yang tinggi. Selalu ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang tuanya, meski tampak berbahaya bagi anak seusianya. Punya dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu sendiri dan hal amazing lainnya. Namun sisi lain, anak juga jadi mudah tantrum ketika dia nggak bisa melakukannya sendiri. Padahal sebelumnya dia ngotot untuk melakukannya. 


Kejadian semacam itu tentunya tidak hanya terjadi satu kali, tapi HAMPIR SETIAP HARI. Yang udah punya anak tentunya tau banget rasanya ngadepin toddler. Kadang pening, jengkel, sebel ketika mood orang tua sedang tidak bagus. JELAS! Akan tetapi justru momen tersebut penting untuk dialami oleh anak. Karena ia sedang belajar. Walau tentu tidak selalu mudah untuk sabar ketika mengalaminya.


Saya masih teringat ketika pertama kalinya Hening menawarkan bantuan untuk melipat bajunya sendiri. Tentu saya memberikannya contoh bagaimana cara melipatnya. Walau pada akhirnya hasil lipatannya awur-awuran. Ya, bisa dimaklumi. Karena waktu itu usianya belumlah 2 tahun. Setelah melipat bajunya, dia memasukkan baju-baju yang sudah dilipat ke dalam lemarinya. Seperti yang sudah bisa ditebak, dia memasukkan asal-asalan. Jiwa sok rapi saya tentu meronta-ronta, akan tetapi saya berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengomel. Walau sebenarnya beraaaaaattt banget. Ketika dia tidur, pakaiannya saya keluarkan lagi dari lemari dan melipat ulang 😂. Hal semacam itu terjadi hampir setiap kali saya melipat pakaian. Tapi ya sudahlah, saya biarkan saja.

Semakin kesini, saya melihat progress yang luar biasa pada Hening perihal melipat pakaian. Hasil lipatannya semakin rapi. Tapi ada hal yang jauh lebih berharga dari itu yaitu munculnya inisiatif dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. 


Ketika dia melihat ada tumpukan pakaiannya di kamar belakang, dia berinisiatif melipatnya sendiri. Tanpa saya minta. Sekalipun saat itu saya sedang melakukan pekerjaan rumah yang lain, dia secara telaten melipat semua pakaiannya sendiri bahkan memasukkannya sendiri ke dalam lemarinya. Maa syaa Allah, barakallahu ❤️


Hal ini tidak hanya terjadi dalam hal melipat pakaian, namun juga pekerjaan rumah lainnya. Seperti menyapu, mengepel, cuci baju dan cuci piring. 


Sering banget ketika dia sedang main apalah gitu ya, lalu dia bikin lantai jadi kotor, dia dengan ringan mengambil sapunya sendiri dan menyapu bagian lantai yang kotor. Lalu saat dia menumpahkan air, dia juga langsung mengambil lap atau kadang pel kecilnya dia untuk mengeringkan lantai. Bahkan ketika saya sedang mencuci piring, dia menawarkan diri untuk membilasnya. Maa syaa Allah, saya terharu banget. 


Disini saya meyakini banget bahwa anak-anak lain pun pasti sebenarnya seperti Hening. Punya kemauan untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Karena memang Allah sudah menginstall dalam diri setiap anak rasa ingin tahu dan kemauan untuk mencoba. Maka hal terbaik yang bisa kita berikan adalah kesempatan baginya untuk mencoba. Meski pada prosesnya tidak rapi atau masih kurang bersih, ya nggak apa-apa. Yang penting si anak diberi kesempatan. Semakin sering ia kerjakan, maka akan semakin terlatih dia.


Banyak dari kita mungkin menganggap melakukan pekerjaan rumah adalah hal sepele. Tapi bagi anak-anak, dengan adanya kesempatan untuk terlibat dalam pekerjaan rumah akan memberinya skill set yang akan digunakan sampai dewasa nanti. Dia jadi tau apa yang harus dia lakukan untuk merawat diri dan lingkungannya. Dia juga jadi belajar bagaimana caranya bernegosiasi dan berkomunikasi dalam sebuah tim. Selain itu juga dia akan merasa bahwa ia memiliki kemampuan atau kompetensi untuk bisa melakukan sesuatu. Dalam dirinya juga akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk mengerjakan sesuatu (https://raisingchildren.net.au/preschoolers/family-life/routines-rituals-rules/chores-for-children) . 


Hening, setiap kali selesai mengerjakan pekerjaan rumah, dia tuh jadi happy banget. Karena dia merasa kalau dia bisa melakukannya, meski belum sempurna. Dia bilang kalo dia senang bisa membantu ibu. Dia senang ketika diberikan kesempatan untuk terlibat. Maa syaa Allah ❤️


Melalui momen tersebut, saya jadi menyadari bahwa betapa pentingnya memberikan anak kesempatan untuk terlibat dalam pekerjaan rumah. Saya meyakini bahwa memberi anak kesempatan melakukan sesuatu yang dimulai dari mengerjakan pekerjaan rumah adalah starting point bagi anak untuk membuka rasa penasarannya pada hal-hal lain. Termasuk perihal akademiknya nanti. 


Allahua’lam bishowab.


Mungkin akan ada aja yang akan bilang, “Ah, biasa itu karena masih kecil. Besok kalo udah besar ya males-malesan karena sibuk sekolah.” Ya, udah sih. Itu urusan nanti, yang penting saat ini saya menikmati momen dimana ia mau terlibat tanpa saya paksa. Dan tentunya saya berharap ia tetap seperti ini sampai dewasa nanti.


Semoga Allah mampukan kita untuk mengasuh amanah yang dititipkanNya ❤️🙏. 

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment